BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Saat
ini terdapat beragam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada
proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat
siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba
memecahkan persoalannya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian belajar menurut teori konstruktivistik ?
2. Apa
tujuan pembelajaran konstruktivistik ?
3. Bagaimana
aplikasi teori belajar konstruktivistik ?
4. Apa
perbandingan pembelajaran tradisional dan konstruktivistik ?
5. Apa
saja desain pembelajaran teori konstruktivistik ?
C.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui teori
belajar konstruktivistik dan penerapannya dan untuk memenuhi matakuliah strategi
pembelajaran pai
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelejaran yang bersifat
generativ, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Teori ini lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan
pengalamanya[1] Fosnot (1996) mengatakan
konstruktivisme adalah teori tentang pengetahuan dan belajar yang menguraikan
tentang apa itu “mengetahui” (knowing) dan bagaimana seseorang “menjadi
tahu” (comes to know)[2].
Konstruktivis berarti
bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, merupakan suatu aliran
yang berupaya membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern[3]. Perkembangan
konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan
Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah
perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai
bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses
ketidakseimbangan (Disequilibrium). Selain itu, Jean Piaget dan Vygotsky
juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan
menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat
meningkatkan pengubahan secara konseptual[4].
Dari perspektif
konstruktivisme, belajar dipandang sebagai “Learning is view as a self
regulatory process of struggling with the confict between existing personal
models of the world and discrepant new insight, construcing new representation and
models of reality as a human meaning making venture with culturally developed
tools and symbols and futher negotiating such meaning through cooperative
social activity, discourse and debate” (Belajar suatu proses pengaturan
dalam diri seseorang yang berjuang dengan konflik antara model pribadi yang
telah ada dan hasil pemahaman yang baru tentang dunia ini sebagai hasil
konstruksinya, manusia adalah makhluk yang membuat makna melalui aktivitas
sosial, dialog dan debat).
Belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas kolaboratif,
refleksi dan interpretasi[5]. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan
dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna
yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda
oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap
pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak- kotak atau struktur pengetahuan
dalam otak manusia. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar sebenarnya telah
terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan proses
adaptasi.
Beda halnya dengan Vigotsky, bahwa proses belajar
adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar
merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara
psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan essensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya.[6]
Von Glasersfeld mengatakan bahwa konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh
struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.[7]
Menurut para penganut konstruktiv, pengetahuan dibina
secara aktif oleh seseorang yang berfikir. Seseorang tidak akan menyerap
pengetahuan dengan pasif. Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik
akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru dengan
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berintekrasi sosial
dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.[8]
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning
yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di
laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian diaplikasikan dan
dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya tujuan dari mendidik dan
mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada peserta didik.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar
konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan
pengalaman mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan meraka melalui asimilasi dan akomodasi
B. Tujuan
Pembelajaran Teori Konstruktivistik
Adapun tujuan
dari teori ini adalah:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa
belajar adalah tanggung jawab seseorang itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan
pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekan pada proses belajar bagaimana
belajar itu.[9]
C. Aplikasi
Teori Belajar Konstruktivistik
1. Setiap
guru pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan sejelas-jelasnya,
tetapi masih ada sebagian peserta didik yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat
pembelajaran suatu materi kepada siswa dengan baik, namun seluruh atau sebagian
peserta didiknya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam
pembelajaran tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada peserta didiknya.
Karena, hanya dengan usaha keras para siswa sendirilah para peserta didik akan
betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
2. Tugas
setiap guru memfasilitasi peserta didiknya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para peserta didik sendiri bukan ditanamkan oleh
guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan memngakomodasi
pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
3. Dalam
pembelajaran sebaiknya guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para peserta didik untuk mengenal dunia mereka dan penalaran yang dikembangkan
dan yang dibuat para siswa untuk mendukung model-model itu.
4. Peserta
didik perlu mengonstruksi pemehaman mereka sendiri untuk masing-masing konsep
materi sehingga guru dalam pembelajaran bukannya “menguliahi”, menerangkan atau
upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada peserta didik, tetapi
menciptakan situasi bagi peserta didik yang membantu perkembangan mereka
membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
5. Kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
6. Latihan
memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
7.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai
fasilitator, mediator dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
D. Perbandingan
Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Konstruktivistik
Secara
rinci perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional atau
behavioristik dan pembelajaran konstruktivistik adalah sebagai berikut.
Pembelajaran Tradisional
|
Pembelajaran Konstruktivistik
|
Kurikulum disajikan dari bagian-bagian menuju keseluruhan
dengan menekankan pada ketrampilan-ketrampilan dasar
|
Kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke
bagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas
|
Pembelajaran sangat taat pada kurikulum yang telah
ditetapkan
|
Pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan
dan ide-ide siswa
|
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada buku teks
dan buku kerja
|
Kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada
sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan
|
Siswa dipandang sebagai “kertas kosong” yang dapat digoresi
informasi oleh guru dan guru pada umumnya menggunakan cara didaktik dalam
menyampaikan informasi kepada siswa
|
Siswa dipandang sebagai pemikir-pemikir yang dapat
memunculkan teori-teori tentang dirinya
|
Penilaian hasil belajar atau pengetahuan siswa dipandang
sebagai bagian dari pembelajaran dan biasanya dilakukan pada akhir pelajaran
dengan cara testing
|
Pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam
kesatuan kegiatan pembelajaran dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang
dilakukan siswa serta melalui tugas-tugas pekerjaan
|
Siswa biasanya bekerja sendiri tanpa ada group process
dalam belajar
|
Siswa banyak belajar dan bekerja di dalam group process[10]
|
E. Desain
Pembelajaran Teori Konstruktivistik
Gagnon
dan Collay (2001) mengemukakan sebuah desain system pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konstruktivistik, yakni:
1. Situasi
Komponen
ini menggambarkan secara komprehensif tentang maksud atau tujuan
dilaksanakannya aktivitas pembelajaran. Selain itu, dalam komponen situasi juga
tergambar tugas-tugas yang perlu diselesaikan oleh siswa agar mereka memiliki
makna dari pengalaman belajar yang telah dilalui.
2. Pengelompokkan
Komponen
pengelompokkan dalam aktivitas pembelajaran yang berbasis pendekatan
konstruktivistik memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan interaksi dengan
sejawat. Pengelompokkan sangat bergantung pada situasi atau pengalaman belajar
yang ingin dilalui oleh siswa. Pengelompokkan dapat dilakukan secara acak
(random) atau didasarkan pada criteria tertentu (purposive).
3. Pengaitan
Komponen
pengaitan dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
siswa dengan pengetahuan yang baru. Bentuk-bentuk pengaitan sangat bervariasi,
misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui diskusi topic-topik yang
spesifik.
4. Pertanyaan
Pengajuan
pertanyaan merupakan hal penting dalam aktivitas pembelajaran. Pertanyaan akan
memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan pembelajaran
konstruktivistik. Dengan munculnya gagasan-gagasan yang bersifat orisinil,
siswa dapat membangun pengetahuan di dalam dirinya.
5. Eksibisi
Komponen
dalam eksibisi dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik
memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat menunjukkan hasil belajar setelah
mengikuti suatu pengalaman belajar.
6. Refleksi
Komponen
ini pada dasarnya memberi kesempatan kepada guru dan siswa untuk berpikir
kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun
kolektif. Refleksi juga member kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang
aplikasi dari pengetahuan yang telah mereka miliki[11].
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Tujuan teori ini adalah adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab seseorang itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap,
mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekan
pada proses belajar.
Pembelajaran lebih memfokuskan
pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, bukan
kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
oleh guru. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuan meraka melalui asimilasi dan akomodasi. Yang terpenting dalam teori
konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa-lah yang harus
mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan
mereka, bukan teman atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya.
B.
Saran
Dalam pembelajaran guru dituntut untuk
mengajarkan peserta didik dengan maksimal. Akan tetapi, guru hanya sebagai
fasilitator bagi peserta didik. Seharusnya guru dan siswa salling bekerja sama
dalam pembelajaran agartujuan tercapaiu dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Makmun Khairani, Psikologi Belajar, Yogyakarta:
Asawaja Presindo 2013
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pres, 2014
Yatim Riyanto, Paradigma Pembelajaran,
Jakarta, Kencana, 2012
Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan
Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar,,Jakarta :Rajawali Pers, 2012
Ella
Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan Aplikasi, Bandung:
Pakar Raya, 2004
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005
http://andiplampang.wordpress.com/2010/07/30/desain-sistem-pembelajaran-konstruktivistik/
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori
Belajar dan Pembelajaran, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007
Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan,
Yogyakarta: Kanisius, 1997
LAMPIRAN
CONTOH
RPP
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah : MAN 2 Tanjung Karang
Bandar Lampung
Mata Pelajaran: FIQIH
Kelas/Semester:XII/2
Standar Kompetensi : Memahami
hukum-hukum syar’i
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan hukum taklifi dan
penerapannya dalam Islam
2. Menjelaskan hukum wadh’I dan
penerapannya dalam Islam
3. Menjelaskan makhum bihi (fihi)
4. Menjelaskan makhum ‘alaih
Alokasi Waktu : 2x45 menit (2x
pertemuan)
Tujuan Pembelajaran :
1.Siswa dapat menjelaskan hukum
taklifi dan penerapannya dalam Islam
2. Siswa dapat menjelaskan hukum
wadh’i dan penerapannya dalam Islam
3. Siswa dapat menjelaskan makhum
bihi (fihi)
4. Siswa dapat menjelaskan makhum ‘alaih
Materi Pembelajaran: Hukum-hukum
syar’i
Metode Pembelajaran :
1.
Siswa mengadakan tanya jawab dengan
teman-temannya tentang hukum taklifi dan hukum wadh’I
2.
Siswa berlatih memberikan contoh hukum taklifi
dan wadh’i
3.
Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang
hukum taklifi dan hukum wadh’i
Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran:
1.
Kegiatan pendahulun
Apersepsi dan
motivasi :
1. Mengupas
singkat tentang hukum taklifi dan penerapanya dalam Islam
2. Menjelaskan
hukum wadh’i dan penerapannya dalam Islam
3. Menjelaskan
makhum bih (fihi)
4. Menjelaskan
makhum ‘alaih
2.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru :
a. Siswa
memahami tentang hukum taklifi dan penerapanya dalam Islam. hukum wadh’i dan
penerapannya dalam Islam, makhum bih (fihi) dan makhum ‘alaih
b. Siswa
memberi contoh tentang hukum taklifi dan penerapanya dalam Islam. hukum wadh’i
dan penerapannya dalam Islam, makhum bih (fihi) dan makhum ‘alaih
Elaborasi
Dalam kegiatan
Elaborasi, guru :
a. Siswa
secara berkelompok dan individu untuk menerapkan hukum-hukum syar’i
b. Menjawab
pertanyaan guru yang berkaitan dengan bahan ajar
Konfirmasi
Dalam kegiatan
konfirmasi, guru:
a. Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
b. Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
3.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan
penutup, guru :
a. Siswa
diminta menjelaskan hukum-hukum syar’I, ditulis di buku tugas
Alat/sumber belajar:
1. Buku
LKS dan buku paket Fiqih hukum-hukum syar’i
Lembar Penilaian
No
|
Nama Siswa
|
performan
|
Produk
|
Junlah Skor
|
Nilai
|
|
Kerja sama
|
partisipasi
|
|||||
1
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
Catatan:
Nilai = (Jumlah skor : Jumlah Skor Maksimal)x 10
Mengetahui: Bandar
Lampung, 15 Februari 2011
Kepala Sekolah/Madrasah Pengajar
Tugas Kelompok 3
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN PAI
Strategi Pembelajaran PAI
Dr. Agus Pahrudin, M. Pd
Disusun Oleh
Amadea Rizka Putri 1311010026
Anggi
Asmita 1311010007
Kelas/Semester
A/III
Jurusan PAI
FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
1435 H/
2014 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Belajar
Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran PAI”. Dalam
meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki,kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen
pembimbing matakuliah Strategi Pembelajaran PAI dan teman-teman yang
bekerjasama untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kami mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................ I
KATA
PENGANTAR ..................................................................................... II
DAFTAR
ISI ..................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C.
Tujuan Penelitian ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivistik ................................ 2
B.
Tujuan Pembelajaran Konstruktivistik .................................................... 5
C.
Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik .................................................. 5
D.
Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran
Konstruktivistik 7
E.
Desain Pembelajaran Teori Konstruktivistik ........................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
[1] Makmun
Khairani, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Asawaja Presindo 2013), hlm.
73
[2] Nyayu
Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), hlm. 80
[3] Yatim
Riyanto, Paradigma Pembelajaran, (Jakarta, Kencana, 2012), hlm. 143
[4] Karwono
dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar,, (Jakarta :Rajawali Pers, 2012), hlm. 91
[5] Nyayu
Khodijah, Lop,cit.,
[6] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 124
[8] Ella
Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran; Filosofi Teori dan Aplikasi,
(Bandung: Pakar Raya, 2004), hlm. 53
[9] Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran;
Filosofi Teori dan Aplikasi, (Bandung: Pakar Raya, 2004), hlm.108
[10] Asri
Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
2005), 63-64
[11] http://andiplampang.wordpress.com/2010/07/30/desain-sistem-pembelajaran-konstruktivistik/
dikutip pada 14 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar