Catatan
Kaki
- Dalilnya:
Allah
berfirman:
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap
yang berjiwa PASTI akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan.
(Al-Ankabut:
57)
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan.
(Al-Anbiyaa:
35)
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
(Aali
Imraan: 185)
Selain
dari sisi naqli (dalil); dari sisi aqli (akal) pun kita meyakini setiap jiwa
pasti mati, karena kita tidak menemukan dalam kehidupan dunia ini, kecuali
pasti akan binasa. ↩
- Dalilnya:
Allah
berfirman:
وَلَوْ
تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلآئِكَةُ بَاسِطُواْ
أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا
كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ آيَاتِهِ
تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam
tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayatNya.”
(QS.
Al An’am: 93)
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لا
إله إلا الله إن للموت سكرات
”Tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya pada setiap kematian
itu ada saat-saat sekarat”
Shahih
Al-Bukhari (Fathul-Baariy, 8/144) ↩
- Dalilnya:
Firman
Allah:
وَلَوْ
تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلآئِكَةُ بَاسِطُواْ
أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُواْ أَنفُسَكُمُ
“Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
‘Keluarkanlah nyawamu’.”
(QS.
Al An’am: 93)
dan
juga firman Allah:
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fussilat: 30)
Dan
juga firman Allah:
وَالنَّازِعَاتِ
غَرْقًا . وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا
Demi
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat-malaikat)
yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut.
(QS
an-Naazi’aat: 1-2)
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ
أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ
كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa
yang menyukai untuk bertemu dengan Allah, maka Allah akan suka bertemu
dengannya. Dan barangsiapa yang membenci bertemu dengan Allah, maka Allah akan
benci bertemu dengannya”
Kemudian
para shahabat bertanya:
“Yaa
Rasulullah, kami semua tidak menyukai kematian?”
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لَيْسَ
ذَاكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ
الْبَشِيرُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ فَلَيْسَ
شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ
“Bukan
itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul
maut, maka seorang pemberi kabar gembira utusan Allah datang menghampirinya
seraya menunjukkan tempat kembalinya (–yang baik–), hingga tidak ada
sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka
bertemu dengannya.
وَجَلَّ
فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَوْ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ
جَاءَهُ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنْ الشَّرِّ أَوْ مَا يَلْقَاهُ مِنْ
الشَّرِّ فَكَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Adapun
orang yang banyak berbuat dosa, dan/atau orang kafir, apabila telah menghadapi
sakaratul maut, maka datang seseorang dengan menunjukkan tempat kembalinya
yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka itu
membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu
dengannya.”
(HR.
Ahmad, Haytsamiy dll; dishahiihkan oleh Imam al Haytsamiy dalam majmu’)
Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ
فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وتِسْعينَ نَفْساً ،
“Dahulu
pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa.
فَسَأَلَ
عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ ، فَأَتَاهُ .
Lalu
ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun
ia ditunjuki pada seorang rahib.
فقال
: إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوبَةٍ ؟ فقالَ :
لا ، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً ،
Lantas
ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa,
apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak
diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100
jiwa yang telah ia renggut nyawanya.
ثُمَّ
سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرضِ ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ . فقَالَ :
إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟
Kemudian
ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka
bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim
tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih
diterima?”
فقالَ
: نَعَمْ ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ
كَذَا وكَذَا فإِنَّ بِهَا أُناساً يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله
مَعَهُمْ ، ولاَ تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ ،
Orang
alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi
antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang
jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah
Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke
tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
فانْطَلَقَ
حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ
مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ ومَلائِكَةُ العَذَابِ .
Laki-laki
ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika
sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah
perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab.
فَقَالتْ
مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ : جَاءَ تَائِباً ، مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى اللهِ
تَعَالَى
Malaikat
rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya
kepada Allah”.
وقالتْ
مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ ،
Namun
malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit
pun”.
فَأَتَاهُمْ
مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ – أيْ حَكَماً –
Lalu
datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk
menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka.
فقالَ
: قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى فَهُوَ لَهُ .
Malaikat
ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek
yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya
dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.”
فَقَاسُوا
فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ، فَقَبَضَتْهُ مَلائِكَةُ الرَّحمةِ
Lalu
mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang
ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh
malaikat rahmat.”
(Muttafaqun
‘Alayh; HR. Bukhari dan Muslim no. 2766) ↩
- Dalilnya:
Allah
Ta’ala berfirman,
وَحَاقَ
بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ . النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا
وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ
الْعَذَابِ
“Dan
Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat.
(Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab
yang sangat keras”.” (QS. Al Mu’min: 45-46)
Mari
kita perhatikan penjelasan para pakar tafsir mengenai potongan ayat ini:
النَّارُ
يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada
mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.”
Al
Qurthubiy –rahimahullah- mengatakan,
“Sebagian
ulama berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur. … Pendapat inilah
yang dipilih oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Maqotil, Muhammad bin Ka’ab. Mereka semua
mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan adanya siksa kubur di dunia.”
(Al
Jaami’ Li Ahkamil Qur’an, 15/319)
Asy
Syaukani –rahimahullah- mengatakan,
“Yang
dimaksud dengan potongan dalam ayat tersebut adalah siksaan di alam barzakh
(alam kubur). ”
(Fathul
Qodir, 4/705)
Fakhruddin
Ar Rozi Asy Syafi’i –rahimahullah- mengatakan,
“Para
ulama Syafi’iyyah berdalil dengan ayat ini tentang adanya adzab kubur…”
(Mafaatihul
Ghoib, 27/64)
Ibnu
Katsir –rahimahullah- mengatakan,
“Ayat
ini adalah pokok aqidah terbesar yang menjadi dalil bagi Ahlus Sunnah wal
Jama’ah mengenai adanya adzab (siksa) kubur yaitu firman Allah Ta’ala (diatas)”
(Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 7/146)
Ibnul
Qoyyim –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas,
“Ini
adalah siksaan di alam barzakh (di alam kubur). Sedangkan ayat (yang artinya),
“dan pada hari terjadinya Kiamat” adalah ketika kiamat kubro (kiamat besar).”
(At
Tafsir Al Qoyyim, hal. 358) ↩
- Diantara dalilnya:
Allah
berfirman:
وَنُفِخَ
فِي الصّورِ فَإِذَا هُم مّنَ الأجْدَاثِ إِلَىَ رَبّهِمْ يَنسِلُونَ * قَالُواْ
يَوَيْلَنَا مَن بَعَثَنَا مِن مّرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرّحْمـَنُ وَصَدَقَ
الْمُرْسَلُونَ
Dan
ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya
(menuju) kepada Rabb mereka. Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami! Siapakah
yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?.” Inilah yang
dijanjikan (Rabb) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya).
(Yaasiin:
51-52)
al
Imam Ibnu Katsir menafsirkan:
”Dan
hal ini tidak berarti menafikkan adanya ’adzab kubur, karena hal itu
dihubungkan dengan kedahsyatan sesudahnya seperti orang yang tidur”
(Lihat
Tafsir Ibnu Katsir QS. 36 : 52)
Maksudnya,
kedahsyatan adzab kubur itu bagaikan orang yang tidur; jika dibandingkan dengan
kedahsyatan adzab-adzab yang menanti setelahnya. ↩
- Diantara dalilnya:
Allah
berfirman;
اقْتَرَبَ
لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ
Telah
dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada
dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
(Al-Anbiyaa:
1)
Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:
مَنْ
حُوسِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عُذِّبَ
“Barangsiapa
yang dihisab pada hari kiamat maka ia akan mendapatkan adzab.”
(‘Aa-isyah)
Berkata; saya berkata;
“Bukankah
Allah Azzawajalla telah berfirman:
فَسَوْفَ
يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
‘Maka
orang-orang yang diberi catatan amalannya dengan tangan kanannya akan dihisab
dengan hisab yang mudah’
Rasulullah
bersabda:
لَيْسَ
ذَلِكَ بِالْحِسَابِ وَلَكِنَّ ذَلِكَ الْعَرْضُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ عُذِّبَ
“Ayat
itu maksudnya bukan hisab akan tetapi hal itu adalah pemaparan (amal),
barangsiapa yang didebat ketika hisabnya pada hari kiamat, maka ia akan diadzab
“.
Dalam
riwayat lain:
‘Aa-isyah
bertanya:
“Wahai
Nabi, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah”
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
أَنْ
يَنْظُرَ فِي كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْه إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ
يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْه حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ
“Seseorang
yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan
hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah, dan setiap musibah yang
menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai
duri yang menusuknya.”
(HR.
Ahmad, Bukhariy, Muslim dll)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُوْلُ:
أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُوْلُ: نَعَمْ، أَيْ
رَبِّ. حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوْبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ،
قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ.
فَيُعْطِي كِتَابَ حَسَنَاتِهِ
“Sesungguhnya
(pada hari kiamat) Allah akan mendekatkan seorang mukmin, lalu Allah meletakkan
tabir dan menutupinya. Lalu Allah berfirman, “Apakah kamu mengetahui dosa ini?
Apakah engkau tahu dosa itu?” Dia menjawab, “Ia, betul saya tahu wahai Rabbku.”
Hingga ketika Allah telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia mengira
dirinya sudah akan binasa,, Allah berfirman kepadanya, “Aku telah menutupi dosa-dosa
ini di dunia, maka pada hari ini Aku mengampuni dosa-dosamu itu.” Lalu
diberikanlah padanya catatan kebaikan-kebaikannya.”
(HR.
Al-Bukhari no. 2261)
dalam
riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
يُؤْتَى
بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ اعْرِضُوا عَلَيْهِ صِغَارَ ذُنُوبِهِ
قَالَ فَتُعْرَضُ عَلَيْهِ وَيُخَبَّأُ عَنْهُ كِبَارُهَا فَيُقَالُ عَمِلْتَ
يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا وَكَذَا وَهُوَ مُقِرٌّ لَا يُنْكِرُ وَهُوَ مُشْفِقٌ
مِنْ الْكِبَارِ فَيُقَالُ أَعْطُوهُ مَكَانَ كُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً قَالَ
فَيَقُولُ إِنَّ لِي ذُنُوبًا مَا أَرَاهَا قَالَ قَالَ أَبُو ذَرٍّ فَلَقَدْ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ
نَوَاجِذُهُ
“Pada
hari Kiamat seorang lelaki akan didatangkan kemudian dikatakan kepadanya,
‘Sodorkan kepadanya dosa-dosa kecilnya’. Kemudian disodorkanlah dosa-dosa kecil
itu kepadanya sementara dosa-dosa besar disembunyikan darinya. Kemudian dia
ditanya, ‘Bukankah kamu telah berbuat pada hari ini dan ini, begini dan begini?
‘ laki-laki itu kemudian mengakui dan tidak mengingkarinya karena dia sedih
dari dosa-dosa besarnya, maka dikatakan, ‘Gantilah setiap kesalahannya dengan
kebaikan.’”
Abu
Dzar berkata, “Sesungguhnya aku memiliki dosa yang aku tidak bisa melihatnya.”
Abu Dzar melanjutkan, “Sungguh aku dapat melihat Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi
Wasallam tertawa hingga nampak gigi taringnya.”
(Shahiih,
HR. Ahmad; dishahiihkan oleh asy Syaikh al-Albaaniy)
Al-Haafizh
Ibn Hajar berkata, “yang dimaksud dengan hisab dalam ayat itu adalah
ditampakkannya catatan amal. Yaitu ditampakkannya amalan dan diperlihatkan
kepada dirinya sehingga pelakunya pun mengetahui dan mengakui dosa-dosa yang
telah diperbuatnya. Kemudian Allah pun memaafkan dirinya.”
(Fath
al-Bari, 11/455)
Syaikh
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Yang dimaksud hisab yang ringan itu adalah
Allah ‘azza wa jalla akan berduaan bersama dengan seorang hamba-Nya yang
beriman dan tidak ada orang lain yang ikut menyaksikan dosa-dosanya”
(Syarh
Aqidah Ahlis Sunnah, hal. 298) ↩
- Disebutkan dalam beberapa hadits bahwa adanya orang-orang yang masuk surga tanpa hisab
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Allah
‘azza wa jalla berfirman:
ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللَّهِ
Kemudian
Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
(QS
Fathir; 32).
فَأَمَّا
الَّذِينَ سَبَقُوا بِالْخَيْرَاتِ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ
بِغَيْرِ حِسَابٍ
Adapun
mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan, mereka itulah yang akan masuk surga
tanpa hisab,
وَأَمَّا
الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا
dan
mereka yang pertengahan adalah mereka akan dimudahkan hisabnya.
وَأَمَّا
الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ
الْمَحْشَرِ ثُمَّ هُمْ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ اللَّهُ بِرَحْمَتِهِ فَهُمْ
الَّذِينَ يَقُولُونَ
Adapun
yang menganiaya diri mereka sindiri, adalah mereka akan di hisab selama di
Mahsyar, Allah menyelamatkan mereka dengan rahmat-Nya dan ketika itu mereka
berkata;
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ
إِلَى قَوْلِهِ لُغُوبٌ
Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami, sungguh Rabb kami maha
pengampun dan dzat yang patut disyukuri.
(
QS Fathir; 34)
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ هُمْ الَّذِينَ لَا
يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Ada
tujuh puluh ribu orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab, yaitu yang
tidak meminta diruqyah (pengobatan dengan jampi-jampi, atau mantera), tidak
berfirasat sial karena melihat burung dan kepada Rabb mereka (saja), mereka
bertawakkal.
(HR.
Bukhariy)
Dalam
riwayat lain disebutkan:
وَعَدَنِي
رَبِّي أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ أَلْفًا لَا حِسَابَ
عَلَيْهِمْ وَلَا عَذَابَ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا وَثَلَاثُ
حَثَيَاتٍ مِنْ حَثَيَاتِهِ
“Rabbku
berjanji padaku untuk memasukkan tujuhpuluh ribu orang dari ummatku tanpa hisab
dan adzab, setiap seribunya bersama tujuhpuluh ribu dan tiga tangkup (mengambil
dengan dua telapak tangan) dari tangkupan (tangan) Nya.”
(HR.
at-Tirmidziy; kemudian beliau berkata: Hadits ini hasan gharib) ↩
- Ahlus-Sunnah beriman akan adanya miizaan (timbangan) di hari akhirat, tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini. Allah ta’ala berfirman :
وَالْوَزْنُ
يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ * وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا
أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ
“Timbangan
pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan
kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang
ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”
(QS.
Al-A’raaf : 8-9)
وَنَضَعُ
الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا
وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا
حَاسِبِينَ
“Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi
(dzarrah) pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai
Pembuat perhitungan”
(QS.
Al-Anbiyaa’ : 47).
Dari
Abud-Dardaa’, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ما
من شيء يوضع في الميزان أثقل من حسن الخلق
“Tidak
ada sesuatupun yang diletakkan pada miizaan (timbangan) yang lebih berat
daripada akhlaq yang baik”
(Diriwayatkan
oleh At-Tirmidziy no. 2002-2003, Ath-Thayaalisiy no. 978, ‘Abdurrazzaaq no.
20157, Al-Bukhariy dalam Al-Adabul-Mufrad no. 270 & 464, Abu Dawud no.
4799, dan yang lainnya; shahih. Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 876).
Dari
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
كلمتان
حبيبتان إلى الرحمن، خفيفتان على اللسان، ثقيلتان في الميزان: سبحان الله وبحمده،
سبحان الله العظيم
“Dua
kalimat yang dicintai oleh Ar-Rahmaan (Allah), ringan di lisan namun berat di
timbangan yaitu : Subhaanallaahi wa bihamdihi subhaanallaahil-‘adhiim”
(Diriwayatkan
oleh Al-Bukhaariy no. 6406 & 6682 & 7563 dan Muslim no. 2694, Ahmad
2/232, At-Tirmidziy no. 3463, Ibnu Maajah no. 1264, Al-Baghawiy dalam
Syarhus-Sunnah no. 1264, dan yang lainnya).
Timbangan
(miizaan) tersebut adalah timbangan hakiki yang mempunyai dua daun timbangan.
Berbeda halnya dengan Mu’tazillah yang berpendapat bahwa timbangan tersebut
adalah kinaayah pada penegakan keadilan. Namun kita tidak mengetahui kaifiyah
timbangan karena hal itu termasuk perkara-perkara akhirat. Kebaikan akan
diletakkan pada satu daun timbangan, dan kejelekan akan diletakkan di daun timbangan
lainnya
(lihat
Syarh Lum’atil-I’tiqaad li-Ibni Qudaamah oleh Asy-Syaikh Shaalih Al-Fauzaan,
hal. 209-210).
Umat
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah umat pertama yang akan
diperhitungkan (dihisab) dan ditimbang amal perbuatannya.
Dari
Ibnu ‘Abbaas : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
نحن
آخر الأمم، وأول من يحاسب.
“Kita
adalah umat yang paling akhir, namun paling awal diperhitungkan (amal
perbuatannya (di hari kiamat)”.
Dikatakan
: “Dimanakah umat-umat lain beserta nabinya ?”.
(Beliau
menjawab) :
فنحن
الآخرون الأولون
“Kita
adalah umat yang paling akhir sekaligus paling awal”
(Diriwayatkan
oleh Ibnu Maajah no. 4290; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no.
2374).
Para
ulama meenjelaskan bahwa yang akan ditimbang pada hari kiamat adalah amal
perbuatan, manusia itu sendiri (shaahibul-‘amal), dan lembaran-lembaran catatan
amal
(Diambil
dari penjelasan Asy-Syaikh Shaalih bin ‘Abdil-‘Aziiz Aalusy-Syaikh
hafidhahullah terhadap kitab Lum’atul-I’tiqaad karya Ibnu Qudaamah rahimahullah
yang disampaikan di Masjid Hamzah bin ‘Abdil-Muthallib, Dammam, 1413 H;
Lihat
juga Ushuulus-Sunnah oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal, hal. 54, syarh & tahqiq
Al-Waliid bin Muhammad An-Nashr; Maktabah Ibn Taimiyyah, Cet. 1/1416
Sumber:
blog abul-jauzaa) ↩
- Dalilnya:
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ
مِنْ النَّارِ وَقَالَ شُعْبَةُ أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنْ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيرَةً
“Akan
keluar dari neraka -sedangkan Syu’bah mengungkapkan-; ‘Keluarkanlah dari
neraka’- orang yang mengucapkan, La Ilaha illa Allah (tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah) sedangkan di dalam hatinya terdapat sebagian dari
kebaikan yang setara dengan biji gandum (sya’irah).
أَخْرِجُوا
مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنْ
الْخَيْرِ مَا يَزِنُ بُرَّةً
Keluarkanlah
dari neraka orang yang mengucapkan, La Ilaha illa Allah (tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah) sedangkan di dalam hatinya terdapat sebagian dari
kebaikan yang setara dengan biji gandum (burrah).
أَخْرِجُوا
مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَانَ فِي قَلْبِهِ مِنْ
الْخَيْرِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً
Keluarkanlah
dari neraka orang yang mengucapkan, La Ilaha illa Allah (tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah) sedangkan di dalam hatinya terdapat sebagian dari
kebaikan yang setara dengan biji gandum (dzarrah).”
Syu’bah
berkata; “Sesuatu yang setara dengan timbangan dzurrah yang ringan.”
(HR.
Tirmidziy; dab beliau kemudian berkata: “Hadits ini Hasan Shahiih”)
Dalam
riwayat lain disebutkan;
إِذَا
دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ قَالَ يَقُولُ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
“Jika
penduduk surga telah masuk surga dan penduduk neraka telah masuk ke dalam
neraka, maka Allah Tabaaraka Wa Ta’ala berfirman:
مَنْ
كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ
‘Barangsiapa
yang dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi hendaklah kalian keluarkan,
‘
Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
قَالَ
فَيُخْرَجُونَ قَدْ امْتَحَشُوا وَعَادُوا فَحْمًا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ
يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ فِيهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ
فِي حَمِيلِ السَّيْلِ أَوْ قَالَ فِي حَمِيلَةِ السَّيْلِ
Lalu
mereka pun dikeluarkan dalam kondisi yang telah hangus menjadi arang. Kemudian
mereka dilemparkan ke dalam sungai yang disebut dengan sungai kehidupan, lalu
mereka tumbuh layaknya biji yang tumbuh ditepi saluran air, ”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda:
أَلَمْ
تَرَوْا أَنَّهَا تَنْبُتُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً
“bukankah
kalian melihat bahwa mereka tumbuh seakan warna kuning yang melingkar.”
(HR.
Ahmad, Bukhariy dll.)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يُخْرَجُ
مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ الْإِيمَانِ
“Akan
keluar dari neraka, orang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat gandum.”
Abu
Sa’id berkata; “Barangsiapa yang ragu-ragu maka hendaklah dia membaca,
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
‘Sesungguhnya
Allah tidak akan menzhalimi (walaupun kebaikan) seberat biji gandum.”
(HR.
at-Tirmidziy; Abu Isa berkata; ‘Hadits ini hadits hasan shahih.’) ↩
- Seperti tercantum dalam firman Allah:
تَعْرُجُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ
أَلْفَ سَنَةٍ
Malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepadaNya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu
tahun. (Al-Ma’aarij: 4) ↩
- Ibnu Katsir menafsirkan bahwa; sesungguhnya peringatan itu hanya akan bermanfa’at kepada orang-orang mukmin (-karena hanya merekalah yang mau mengikuti peringatan tersebut-) ↩
Best Casino Games Near Minneapolis (Norwich) - MapyRO
BalasHapusBest Casino Cities Around Minneapolis · 7. The Mirage. 강릉 출장안마 Minnesota · 시흥 출장마사지 6. Mohegan Sun · 수원 출장샵 5. The 광양 출장안마 Cosmopolitan. 거제 출장마사지