Senin, 13 April 2015

Teori Kognitif



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.[1] Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.[2]
     Teori belajar kognitif muncul karena keterbatasan teori belajar behavoristik untuk menjelaskan aktivitas atau tingkah laku manusia. Menurut pandangan teori kognitif bahwa manusia merupakan mahluk belajar yang aktif dan selalu ingin tahu serta makhluk sosial. Pembentukan tingkah laku individu dengan lingkngan. Teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia, yang proses tersebut tidak dapatmereka amati. Proses, belajar bukan hanya sekedar intraksi antara stimulasidan respons melainkan melibatkan juga aspek psikologi lain (mental, emosi, persepsi) dalam memproses informasi yang tidak tampak, daalm memberikan respon terhadap sebuah stimulasi belajar.[3]
            Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan secara aktif oleh si-belajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mengolah stimulus yang bermakna dan mengabaikan yang tidak bermakna untuk mencapai tujuan belajar. Salasatu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah teori belajar pemrosesan informasi. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.

2.2  Teori Belajar Menurut Piaget, Bruner, dan Ausubel
1.      Teori Belajar Kognitif  Menurut  Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur maka susunan syaraf seseorang akan semakin komplek dan memukinkan kemampuannya akan semakin meningkat[4]
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya dengan memunculkan istilah intelegensi, skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium. Menurut Setern (dalam paul,2001) Intelegensi adalah suatu adaptasi mental pada lingkungan baru, sedangkan menurut Gardner, intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan permasalahan.
Skema adalah struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah selama pengalaman kognitif seseorang (Paul, 2001). skema akan terus berkembang sehingga menjadi lebih lengkap. Sekema bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat, tetapi suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran seseorang.
Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pemikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif untuk menetapkan dan mengklasifikasikan kerja memori atau stimulus yang baru kedalam skema yang telah ada. Proses mental terjadi bila persepsi atas pengalaman yang baru sesuai dengan skema yang sudah ada, asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema tapi mengembangkan skema.
Akomodasi adalah perubahan skema kedalam situasi yang barukarena skema lama tidak cocok dengan pengalaman baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: (1) membentuk skema baru yang cocok dengan pengetahuan yang baru diproleh, atau (2) mengubah skema yang telah ada agar cocok dengan pengetahuan yang baru diprolah.
Ekuilibrium adalah proses penyeimbangan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget, belajar adalah proses perubahan secara kualitatif dalam stuktur kognitif, perubahan yang dimaksud terjadi, pada saat informasi ayau pengalaman baru yang diterima seseorang dimodifikasi sedimikian rupa sehingga sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat[5] yaitu:
a.      tahap sensori motoris (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. kemampuan yang dimilikinya antara lain:
1)      Melihat dirinya sendiri sebagai mahluk yang berbeda dengan objek disekitarnya.
2)      Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
3)      Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
4)      Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya.
5)      Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalau ingin merubah tempatnya.
b.      tahap pra-operasional (umur 2-7 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
pra-operasional anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walau masih sangat sederhana. maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. karaksteristik tahap ini adalah:
1)      Self counter nya sangat menonjol
2)      Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
3)      Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda
4)      Mampu mengumpulkan barang-barang menurut keriteria, termasuk kriteria yang benar
5)      dapat menyusun benda-benda berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
c.      tahap operasi konkert (umur 7-12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkert. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada didalam dirinya. Karena kegiatan ini memerlukan proses transformasicinformasi kedalam dirinya sehingga tindakannya efektif.
d.     tahap operasional formal (umur 11/12/18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir, menurut Piaget (dalam santrock, 2001) adalah deduktif-hipotetis yaitu konsep bahwa remaja dapat mengembangkan hipotetis (dugaan terbaik yang perlu diuji kebenarannya) mengenai beberapa untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah untuk mencapai suatu simpulan yang sistematis.[6]
2.  Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner
Teori belajar bruner disebut dengan discoveri learning, yaitu dimana peserta didik mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatuvbentuk terakhir. Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruh oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Menurut Bruner, perkemnabgan kognitif manusia terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya memandang lingkungan yaitu:
a)      Tahap inaktif, yaitu tahap dimana individu melakukan berbagi aktifitas yang berhubungan dengan usahanya memahami lingkungan. Contoh: peserta didik harus belajar untuk menghadapi ujian yang sudah diumumkan oleh gurunya.
b)      Tahap ikonok, yaitu tahap individu memahami lingkungan melalui gambar-gambar dan visual verbal. Contoh: peserta didik berusaha untuk memahami meteri pembelajaran yang disampaikan guru.
c)      Tahap simbolik, yaitu tahap dimana individu memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika. Contoh: peserta didik mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru menggunakan bahasa yang jelas dan rasional.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikan sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasan menegnai kurikulum spiral sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukan cara mengurutkan meteri pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. pendekatan penataan materi umum ke rinci yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang belajar.[7]
3.      Teori Belajar Kognitif Menurut Ausubel
Teori-teori yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa, Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Struktur kognitif merupakan struktur organisaional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah kedalam suatu unit konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsep bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. yang paling awal mengemukakan konsep ini adalah Ausubel.
Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkis, ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan konkrit. Demikian  juga pengetahuan yang lebih umum dapat abstrak yang diproleh lebih dulu oleh seseoerang, akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan yang baru lebih rinci.[8]
Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel tersebut, dikembangkan oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih ekplisit yang disebut dengan skema. Sebagai stuktur organisasional, skema berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah, atau sebagai tempat untuk mengaitkan pengetahuan baru. Atau dapat dikatakan bahwa skema memiliki fungsi ganda, yaitu:
1)      Sebagai skema yang menggambarkan atau mempresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang yang ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam skema yang dimilikinya.
2)      Sebagai kerangka atau tempat untuk mangaitkan atau mencantolkan pengetahuan baru.[9]

2.3  Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran PAI di Sekolah/Madrasah
menurut teori kognitif, belajar dipandang sebagai upaya untuk memeperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses pemgolahan informasi dan akhirnya informasi tersebut disimpan dalam memori jangka panjang. Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan pnataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Hal berikut yang perlu diperhatikan guru agar dapat membantu melatih peserta didik mengaktifkan kognisi dengan memahami, mengingat, dan menerapkan informasi dalam peraktik:
1.      Memusatkan perhatian anak kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.
2.      Guru perlu memberikan suatu stimulasi yang relevan dengan materi pembelajaran untuk mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
3.      Mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif aktif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
4.      Mengutamakan peran peserta didik untuk saling berinteraksi, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran, walaupun penalaran tidak dapat mereka sajikan langsung.
5.      Guru memotivasi peserta didik agar merasa bahwa balajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban.
6.      Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal yang konkert ke hal-hal yang abstrak, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks untuk membantu peserta didik memahami informasi lebih mudah.
7.      Guru harus berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang baik agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya lebih tinggi dari tahap kemampuannya.
Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Sementara itu, Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktifitas menemukan (discoveri). Cara demikian akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar induktif. Berbeda dengan Bruner, Ausubel lebih memntingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.[10]

2.4  Desain Pembelajaran Teori Belajar Kognitif (RPP)

RPP berbasis teori Kognitif
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
*berbasis teori belajar Kognitif”
Satuan Pendidikan
:
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Mata Pelajaran
:
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )
Kelas/Semester
:
VII / II
Tema
:
Badan Usaha dan Perusahaan
Standar Kompetensi
:
3. Memahami kegiatan ekonomi masyarakat
Kompetensi Dasar
:
6.3 Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi
Indikator
:
· Siswa dapat mendeskripsikan pengertian badan usaha dan perusahaan
· Siswa dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk perusahaan
· Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri dari berbagai bentuk perusahaan
· Siswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing bentuk perusahaan
· Siswa dapat menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan tentang alasan-alasan pemilihan sebuah bentuk perusahaan
Tujuan Pembelajaran
:
· Dengan mengamati contoh-contoh kegiatan badan usaha dan kegiatan perusahaan yang ditayangkan guru, siswa dapat mendeskripsikan pengertian badan usaha dan perusahaan
· Siswa dapat menyebutkan perbedaan badan usaha dan perusahaan
· Secara berkelompok siswa mempelajari profil-profil perusahaan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk perusahaan
· Siswa melakukan investigasi untuk mengidentifikasi ciri-ciri perusahaan perseorangan, firma, perseroan komanditer dan perseroan terbatas
· Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari perusahaan perseorangan, firma, perseroan komanditer dan perseroan terbatas
· Siswa mampu menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan tentang alasan-alasan pemilihan sebuah bentuk perusahaan
Alokasi Waktu
:
2 X 40 menit (2 Pertemuan)
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Badan Usaha dan Perusahaan
2. Bentuk-bentuk Badan Usaha/Perusahaan
3. Ciri-ciri Badan Usaha/Perusahaan
4. Kelebihan dan kelemahan dari berbagai bentuk perusahaan
5. Dasar pemilihan bentuk perusahaan
C. Strategi pembelajaran :
Cooperatif Learning
D. Metode Pembelajaran :
1. Pengamatan / Observasi
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Kerja kelompok
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
Pengalaman Belajar
Aplikasi Teori Belajar Kognitif
P
E
R
T
E
M
U
A
N
I
Pedahuluan
· Guru menyiapkan siswa untuk belajar
· Guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang manusia sebagai makhluk ekonomi yang selalu memiliki kebutuhan
· Guru membentuk konsep pada siswa bahwa hampir semua orang saat ini membutuhkan adanya perusahaan/badan usaha
· Guru menyampaikan tujuan belajar, kegiatan belajar dan hasil yang harus dicapai hari itu
· Guru menyampaikan kegiatan belajar dan hasil belajar yg harus dicapai hari itu sesuai dengan perkembangan moral anak yang sudah mampu menaati / mempertimbangkan tujuan-tuuan dan aturan-aturan yang disepakati
· Pembelajaran disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak, yang menurut Jean Piaget anak SMP (usia 11-15 tahun) sedang berada dalam tahap perkembangan kognitif formal-operational yakni telah memiliki kemampuan
2) menggunakan hipotesis
3) menggunakan prinsip-prinsip abstrak
· Guru berusaha mengkaitkan pelajaran dengan kondisi nyata lingkungan (melalui tayangan video dan tampilan profil-profil perusahaan yang cukup dikenal siswa).
· Anak diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri konsep-konsep materi dengan arahan guru
· Guru menampilkan bahan pelajaran yang baru tetapi tidak asing dengan kehidupan siswa
· Siswa melakukan asimilasi dan akomodasi (tentang konsep perusahaan thd profil contoh-contoh perusahaan).
· Di dalam kelas anak diberi kesempatan untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya
· Ada tahap-tahap pemrosesan informasi (Robert Gagne) yakni :
- motivasi
- pemahaman
- perolehan
- penyimpanan
- ingatan kembali
- generalisasi
- perlakuan
- umpan balik
· Siswa diberi kesempatan belajar sesuai perkembangan kemampuannya
Inti
· Guru menanyangkan video (atau menunjukkan gambar) tentang sebuah kegiatan badan usaha dan perusahaan
· Setelah siswa memperhatikan tayangan/gambar yang disampaikan guru, siswa melakukan tanya jawab dengan teman pasangannya untuk mendeskripsikan pengertian badan usaha dan perusahaan
· Guru mengklarifikasi konsep temuan siswa dan memperkuat konsep dengan memberikan pertanyaan tentang perbedaan badan usaha dan perusahaan
· Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok
· Masing-masing kelompok memperoleh sebuah wacana tentang profil-profil perusahaan dalam berbagai bentuk perusahaan
· Siswa berdiskusi untuk menemukan bentuk-bentuk perusahaan
· Siswa menyusun daftar pertanyaan sebanyak mungkin untuk mengidentikasi 4 bentuk perusahaan, kemudian saling bertukar anggota kelompok
· Masing-masing wakil kelompok baru maju kedepan, mengambil amplop berisi kartu bertulis salah satu bentuk prusahaan. Wakil kelompok duduk di kursi panelis dan anggota kelompok lain mengajukan pertanyaan sesuai daftar pertanyaan yang telah dibuat. Panelis hanya boleh menjawab ya dan tidak
· Setelah pertanyaan habis, kelompok menyimpulkan bentuk perusahaan yang dimaksud oleh wakil kelompok/panelis disertai alasan-alasan logis.
· Wakil-wakil kelompok menunjukkan kartu bentuk perusahaan yang dibawanya
· Untuk kelompok yang benar mengidentifikasi memperoleh penghargaan
Penutup
· Guru mengadakan tanya jawab untuk mengklarifikasi berbagai temuan siswa dalam kegiatan belajar
· Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi
P
E
R
T
E
M
U
A
N
II
Pendahuluan
· Guru menyiapkan siswa untuk belajar
· Guru melakukan apersepsi tentang pengertian Badan Usaha/perusahaan, dan bentuk-bentuk badan usaha
· Guru menyampaikan tujuan belajar, kegiatan belajar dan hasil yang harus dicapai hari itu
Inti
· Guru membacakan sebuah kasus nyata tentang sebuah perusahaan yang bangkrut
· Guru menanamkan konsep tentang pentingnya pemilihan sebuah bentuk perusahaan
· Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok
· Kelompok 1 : Kel. Perusahaan Perseorangan
· Kelompok 2 : Kel. Firma
· Kelompok 3 : Kel. Perseroan Komanditer
· Kelompok 4 : Kel. PT
· Masing-masing kelompok mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari bentuk perusahaan sesuai kelompoknya masing-masing
· Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi
· Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan dari masing-masing bentuk perusahaan
· Guru memberikan tugas individu : siswa nenbuat tulisan/artikel minimal 1 lembar tentang berbagai hal yang harus dijadikan pertimbangan dalam pemilihan bentuk perusahaan
Penutup
· Guru melakukan post test
F. Sumber dan Media
- rekaman / gambar kegiatan sebuah perusahaan atau badan usaha
- guntingan koran sebuah kasus perusahaan/badan usaha yang mengalami kebangkrutan
- profil-profil perusahaan perseorangan, firma, CV dan PT (diutamakan profil asli sebuah perusahaan bila kesulitan boleh hasil reka guru)
- buku-buku referensi yang terkait
G. Penilaian
Penilaian proses : Penilaian dilakukan terhadap keaktifan dan sumbangan peserta dalam kerja kelompok.
Penilaian hasil : diperoleh dari hasil tugas terstruktur dan hasil post test
Soal Post Tes :
1. Apakah perbedaan Badan Usaha dan Perusahaan ?
2. Sebutkan bentuk-bentuk perusahaan yang banyak dipakai di Indonesia !
3. Sebutkan 3 ciri Perseroan Terbatas !
4. Sebutkan 2 persamaan dan 2 perbedaan Firma dan CV ?
5. Apakah kelemahan perusahaan perseorangan !
6. Apakah kelebihan Perseroan Terbatas !
7. Sebutkan hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan bentuk perusahaan !
8. Jelaskan 2 macam keanggotaan dalam CV !
9. Ditinjau dari aspek modal : apa perbedaan PT dan Firma !
10. Sebutkan 3 nama perusahaan berbentuk PT yang cukup terkenal di Indonesia !
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan presepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Diantara para pakar teori kognitif, paling tiga ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseoarng, serta melalui proses asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mangatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siwa. 





DAFTAR PUSTAKA
Fauziah Nasution, 2011, Psikologi Umum, Buku Panduan, Jakarta: Bulan Bintang.
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, 2011 Teori Belajar dan pembelajaran,Medan: Perdana Publishing.
Syaiful bahri Djamarah, 2011 Psikologi Belajar, Jakarta: rineka Cipta.
Paul Suparno, 2007 Teori perkembangan kognitif, Jakarta: Kansius.
Muhibbin Syah, 2003 Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
 Djaali, 2006, psikologi pendidikan, Jakarta: Bumi aksara.
Asri Budiningsih, 2004, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, 2011 Teori Belajar dan pembelajaran, Medan: Perdana Publishing.
Suciati dan Irawan, p. 2001 Teori Belajar dan  Motivasi, Jakarta: Depdiknas.



[1] Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan , 2011, hal : 17
[2] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011,  hal : 32
[3] Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar,, Rineka Cipta, Jakarta 2011, hal : 28-29
[4] Paul Suparno, Teori perkembangan kognitif, Kansius, Jakarta, 2007, hlm. 105.

[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003, hal : 26

[6] Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm 120.
[7] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka cipta, Jakarta. 2004, hlm. 50
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2007, hlm. 75
[9]Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33

[10] Suciati dan Irawan, p.Teori Belajar dan  Motivasi, Depdiknas, Jakarta, 2001, hlm. 50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar