

PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Belajar Menurut Teori Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare”
artinya berfikir.[1]
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu
teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian
aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini,
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat
dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses
belajar.[2]
Teori
belajar kognitif muncul karena keterbatasan teori belajar behavoristik untuk
menjelaskan aktivitas atau tingkah laku manusia. Menurut pandangan teori
kognitif bahwa manusia merupakan mahluk belajar yang aktif dan selalu ingin
tahu serta makhluk sosial. Pembentukan tingkah laku individu dengan lingkngan.
Teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia, yang proses tersebut tidak dapatmereka
amati. Proses, belajar bukan hanya sekedar intraksi antara stimulasidan respons
melainkan melibatkan juga aspek psikologi lain (mental, emosi, persepsi) dalam memproses informasi yang tidak
tampak, daalm memberikan respon terhadap sebuah stimulasi belajar.[3]
Menurut
psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti
tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang sesuatu tersebut, dilakukan
secara aktif oleh si-belajar. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,
mengolah stimulus yang bermakna dan mengabaikan yang tidak bermakna untuk
mencapai tujuan belajar. Salasatu teori belajar yang berasal dari psikologi
kognitif adalah teori belajar pemrosesan informasi. Menurut teori ini, belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia.
2.2
Teori
Belajar Menurut Piaget, Bruner, dan Ausubel
1. Teori
Belajar Kognitif Menurut Piaget
Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetika, yaitu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya umur
maka susunan syaraf seseorang akan semakin komplek dan memukinkan kemampuannya
akan semakin meningkat[4]
Berkaitan
dengan belajar, Piaget membangun teorinya dengan memunculkan istilah intelegensi, skema, asimilasi, akomodasi,
dan ekuilibrium. Menurut Setern (dalam paul,2001) Intelegensi adalah suatu
adaptasi mental pada lingkungan baru, sedangkan menurut Gardner, intelegensi
adalah kemampuan untuk memecahkan permasalahan.
Skema
adalah struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya. Skema
akan beradaptasi dan berubah selama pengalaman kognitif seseorang (Paul, 2001). skema akan terus berkembang sehingga
menjadi lebih lengkap. Sekema bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat,
tetapi suatu rangkaian proses dalam sistem kesadaran seseorang.
Asimilasi
adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau
pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pemikirannya. Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu
proses kognitif untuk menetapkan dan mengklasifikasikan kerja memori atau
stimulus yang baru kedalam skema yang telah ada. Proses mental terjadi bila
persepsi atas pengalaman yang baru sesuai dengan skema yang sudah ada,
asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema tapi mengembangkan skema.
Akomodasi adalah
perubahan skema kedalam situasi yang barukarena skema lama tidak cocok dengan
pengalaman baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: (1) membentuk skema baru
yang cocok dengan pengetahuan yang baru diproleh, atau (2) mengubah skema yang
telah ada agar cocok dengan pengetahuan yang baru diprolah.
Ekuilibrium
adalah proses penyeimbangan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Piaget, belajar adalah proses perubahan secara kualitatif dalam stuktur
kognitif, perubahan yang dimaksud terjadi, pada saat informasi ayau pengalaman
baru yang diterima seseorang dimodifikasi sedimikian rupa sehingga sesuai
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.Piaget membagi
tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat[5]
yaitu:
a. tahap
sensori motoris (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari
kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. ciri pokok perkembangan
berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. kemampuan yang
dimilikinya antara lain:
1)
Melihat dirinya sendiri
sebagai mahluk yang berbeda dengan objek disekitarnya.
2)
Mencari rangsangan
melalui sinar lampu dan suara.
3)
Suka memperhatikan
sesuatu lebih lama.
4)
Mendefinisikan sesuatu
dengan memanipulasinya.
5)
Memperhatikan objek
sebagai hal yang tetap, lalau ingin merubah tempatnya.
b. tahap
pra-operasional (umur 2-7 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya
konsep-konsep intuitif.
pra-operasional anak telah mampu
menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walau masih sangat sederhana.
maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. karaksteristik tahap ini
adalah:
1)
Self counter nya sangat
menonjol
2)
Dapat
mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
3)
Tidak mampu memusatkan
perhatian pada objek-objek yang berbeda
4)
Mampu mengumpulkan
barang-barang menurut keriteria, termasuk kriteria yang benar
5)
dapat menyusun benda-benda
berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
c. tahap
operasi konkert (umur 7-12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan
ditandai adanya reversible dan kekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir
logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkert. Operation adalah suatu tipe tindakan
untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada didalam dirinya. Karena
kegiatan ini memerlukan proses transformasicinformasi kedalam dirinya sehingga
tindakannya efektif.
d. tahap
operasional formal (umur 11/12/18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
berpikir, menurut Piaget (dalam santrock, 2001) adalah deduktif-hipotetis yaitu
konsep bahwa remaja dapat mengembangkan hipotetis (dugaan terbaik yang perlu
diuji kebenarannya) mengenai beberapa untuk memecahkan dan menyelesaikan
masalah untuk mencapai suatu simpulan yang sistematis.[6]
2. Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner
Teori
belajar bruner disebut dengan discoveri learning, yaitu dimana peserta didik
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatuvbentuk terakhir. Bruner
melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi bruner,
perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruh oleh lingkungan kebudayaan,
terutama bahasa yang biasanya digunakan. Menurut Bruner, perkemnabgan kognitif
manusia terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya memandang
lingkungan yaitu:
a) Tahap
inaktif, yaitu tahap dimana individu melakukan berbagi aktifitas yang
berhubungan dengan usahanya memahami lingkungan. Contoh: peserta didik harus
belajar untuk menghadapi ujian yang sudah diumumkan oleh gurunya.
b) Tahap
ikonok, yaitu tahap individu memahami lingkungan melalui gambar-gambar dan
visual verbal. Contoh: peserta didik berusaha untuk memahami meteri
pembelajaran yang disampaikan guru.
c) Tahap
simbolik, yaitu tahap dimana individu memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi
oleh bahasa dan logika. Contoh: peserta didik mampu menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru menggunakan bahasa yang jelas dan rasional.
Menurut Bruner, perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan
menyajikan sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasan menegnai
kurikulum spiral sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat
makro, menunjukan cara mengurutkan meteri pelajaran mulai dari mengajarkan
materi secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang
sama dalam cakupan yang lebih rinci. pendekatan penataan materi umum ke rinci
yang dikemukakannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian
antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang belajar.[7]
3. Teori
Belajar Kognitif Menurut Ausubel
Teori-teori
yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar
menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar
seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa, Materi yang dipelajari
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
dalam bentuk struktur kognitif.
Struktur
kognitif merupakan struktur organisaional yang ada dalam ingatan seseorang yang
mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah kedalam suatu unit
konseptual. Teori kognitif banyak memusatkan perhatiannya pada konsep bahwa
perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif
yang telah dimiliki siswa. yang paling awal mengemukakan konsep ini adalah
Ausubel.
Dikatakan
bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan seseorang dalam struktur hirarkis,
ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif, dan abstrak membawahi
pengetahuan yang lebih spesifik dan konkrit. Demikian juga pengetahuan yang lebih umum dapat
abstrak yang diproleh lebih dulu oleh seseoerang, akan dapat memudahkan
perolehan pengetahuan yang baru lebih rinci.[8]
Berdasarkan
pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh Ausubel
tersebut, dikembangkan oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih
ekplisit yang disebut dengan skema. Sebagai stuktur organisasional, skema
berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah,
atau sebagai tempat untuk mengaitkan pengetahuan baru. Atau dapat dikatakan
bahwa skema memiliki fungsi ganda, yaitu:
1) Sebagai
skema yang menggambarkan atau mempresentasikan organisasi pengetahuan. Seseorang
yang ahli dalam suatu bidang tertentu akan dapat digambarkan dalam skema yang
dimilikinya.
2) Sebagai
kerangka atau tempat untuk mangaitkan atau mencantolkan pengetahuan baru.[9]
2.3
Aplikasi
Teori Belajar Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran PAI di Sekolah/Madrasah
menurut
teori kognitif, belajar dipandang sebagai upaya untuk memeperoleh informasi
atau pengetahuan baru melalui proses pemgolahan informasi dan akhirnya
informasi tersebut disimpan dalam memori jangka panjang. Hakekat belajar
menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang
berkaitan dengan pnataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses
internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini
sudah banyak digunakan. Hal berikut yang perlu diperhatikan guru agar dapat
membantu melatih peserta didik mengaktifkan kognisi dengan memahami, mengingat,
dan menerapkan informasi dalam peraktik:
1. Memusatkan
perhatian anak kepada cara berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai
pada hasil tersebut.
2. Guru
perlu memberikan suatu stimulasi yang relevan dengan materi pembelajaran untuk
mengaktifkan pengetahuan sebelumnya.
3. Mengutamakan
peran peserta didik dalam berinisiatif aktif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan belajar.
4. Mengutamakan
peran peserta didik untuk saling berinteraksi, pertukaran gagasan-gagasan tidak
dapat dihindari untuk perkembangan penalaran, walaupun penalaran tidak dapat
mereka sajikan langsung.
5. Guru
memotivasi peserta didik agar merasa bahwa balajar merupakan suatu kebutuhan,
dan bukan sebaliknya sebagai beban.
6. Pembelajaran
hendaknya dimulai dari hal yang konkert ke hal-hal yang abstrak, dari hal yang
sederhana ke hal yang kompleks untuk membantu peserta didik memahami informasi
lebih mudah.
7. Guru
harus berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang baik agar peserta didik
dapat mengembangkan kemampuannya lebih tinggi dari tahap kemampuannya.
Ketiga tokoh aliran kognitif di
atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifkan
siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik. Sementara itu, Bruner lebih banyak
memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktifitas
menemukan (discoveri). Cara demikian
akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar induktif. Berbeda dengan Bruner,
Ausubel lebih memntingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih
banyak menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya
sebagai kerangka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa.[10]
2.4
Desain
Pembelajaran Teori Belajar Kognitif (RPP)
RPP berbasis
teori Kognitif
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
*berbasis teori
belajar Kognitif”
Satuan
Pendidikan
|
:
|
Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
|
Mata Pelajaran
|
:
|
Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS )
|
Kelas/Semester
|
:
|
VII / II
|
Tema
|
:
|
Badan Usaha
dan Perusahaan
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
3. Memahami
kegiatan ekonomi masyarakat
|
Kompetensi
Dasar
|
:
|
6.3
Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi
|
Indikator
|
:
|
· Siswa dapat
mendeskripsikan pengertian badan usaha dan perusahaan
· Siswa dapat mengidentifikasi
bentuk-bentuk perusahaan
· Siswa dapat
mengidentifikasi ciri-ciri dari berbagai bentuk perusahaan
· Siswa dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing bentuk perusahaan
· Siswa dapat
menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan tentang alasan-alasan pemilihan
sebuah bentuk perusahaan
|
Tujuan
Pembelajaran
|
:
|
· Dengan
mengamati contoh-contoh kegiatan badan usaha dan kegiatan perusahaan yang
ditayangkan guru, siswa dapat mendeskripsikan pengertian badan usaha dan
perusahaan
· Siswa dapat
menyebutkan perbedaan badan usaha dan perusahaan
· Secara
berkelompok siswa mempelajari profil-profil perusahaan untuk mengidentifikasi
bentuk-bentuk perusahaan
· Siswa
melakukan investigasi untuk mengidentifikasi ciri-ciri perusahaan perseorangan,
firma, perseroan komanditer dan perseroan terbatas
· Siswa
berdiskusi untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari perusahaan
perseorangan, firma, perseroan komanditer dan perseroan terbatas
· Siswa mampu
menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan tentang alasan-alasan pemilihan
sebuah bentuk perusahaan
|
Alokasi Waktu
|
:
|
2 X 40 menit
(2 Pertemuan)
|
B. Materi
Pembelajaran
1. Pengertian
Badan Usaha dan Perusahaan
2. Bentuk-bentuk
Badan Usaha/Perusahaan
3. Ciri-ciri
Badan Usaha/Perusahaan
4. Kelebihan dan
kelemahan dari berbagai bentuk perusahaan
5. Dasar
pemilihan bentuk perusahaan
C. Strategi
pembelajaran :
Cooperatif
Learning
D. Metode
Pembelajaran :
1. Pengamatan /
Observasi
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Kerja
kelompok
E.
Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Pengalaman
Belajar
|
Aplikasi Teori
Belajar Kognitif
|
|
P
E
R
T
E
M
U
A
N
I
|
Pedahuluan
|
· Guru
menyiapkan siswa untuk belajar
· Guru
mengadakan tanya jawab untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki siswa
tentang manusia sebagai makhluk ekonomi yang selalu memiliki kebutuhan
· Guru
membentuk konsep pada siswa bahwa hampir semua orang saat ini membutuhkan
adanya perusahaan/badan usaha
· Guru
menyampaikan tujuan belajar, kegiatan belajar dan hasil yang harus dicapai
hari itu
|
· Guru
menyampaikan kegiatan belajar dan hasil belajar yg harus dicapai hari itu
sesuai dengan perkembangan moral anak yang sudah mampu menaati /
mempertimbangkan tujuan-tuuan dan aturan-aturan yang disepakati
· Pembelajaran
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif anak, yang menurut Jean Piaget
anak SMP (usia 11-15 tahun) sedang berada dalam tahap perkembangan kognitif
formal-operational yakni telah memiliki kemampuan
2)
menggunakan hipotesis
3)
menggunakan prinsip-prinsip abstrak
· Guru
berusaha mengkaitkan pelajaran dengan kondisi nyata lingkungan (melalui
tayangan video dan tampilan profil-profil perusahaan yang cukup dikenal
siswa).
· Anak
diberi kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri konsep-konsep materi dengan
arahan guru
· Guru
menampilkan bahan pelajaran yang baru tetapi tidak asing dengan kehidupan
siswa
· Siswa
melakukan asimilasi dan akomodasi (tentang konsep perusahaan thd profil
contoh-contoh perusahaan).
· Di dalam
kelas anak diberi kesempatan untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya
· Ada
tahap-tahap pemrosesan informasi (Robert Gagne) yakni :
- motivasi
- pemahaman
- perolehan
- penyimpanan
- ingatan
kembali
- generalisasi
- perlakuan
- umpan
balik
· Siswa
diberi kesempatan belajar sesuai perkembangan kemampuannya
|
Inti
|
· Guru
menanyangkan video (atau menunjukkan gambar) tentang sebuah kegiatan badan
usaha dan perusahaan
· Setelah
siswa memperhatikan tayangan/gambar yang disampaikan guru, siswa melakukan
tanya jawab dengan teman pasangannya untuk mendeskripsikan pengertian badan
usaha dan perusahaan
· Guru
mengklarifikasi konsep temuan siswa dan memperkuat konsep dengan memberikan
pertanyaan tentang perbedaan badan usaha dan perusahaan
· Siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok
·
Masing-masing kelompok memperoleh sebuah wacana tentang profil-profil
perusahaan dalam berbagai bentuk perusahaan
· Siswa
berdiskusi untuk menemukan bentuk-bentuk perusahaan
· Siswa
menyusun daftar pertanyaan sebanyak mungkin untuk mengidentikasi 4 bentuk
perusahaan, kemudian saling bertukar anggota kelompok
·
Masing-masing wakil kelompok baru maju kedepan, mengambil amplop berisi kartu
bertulis salah satu bentuk prusahaan. Wakil kelompok duduk di kursi panelis
dan anggota kelompok lain mengajukan pertanyaan sesuai daftar pertanyaan yang
telah dibuat. Panelis hanya boleh menjawab ya dan tidak
· Setelah
pertanyaan habis, kelompok menyimpulkan bentuk perusahaan yang dimaksud oleh
wakil kelompok/panelis disertai alasan-alasan logis.
· Wakil-wakil
kelompok menunjukkan kartu bentuk perusahaan yang dibawanya
· Untuk
kelompok yang benar mengidentifikasi memperoleh penghargaan
|
||
Penutup
|
· Guru
mengadakan tanya jawab untuk mengklarifikasi berbagai temuan siswa dalam
kegiatan belajar
· Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi
|
||
P
E
R
T
E
M
U
A
N
II
|
Pendahuluan
|
· Guru
menyiapkan siswa untuk belajar
· Guru
melakukan apersepsi tentang pengertian Badan Usaha/perusahaan, dan
bentuk-bentuk badan usaha
· Guru
menyampaikan tujuan belajar, kegiatan belajar dan hasil yang harus dicapai
hari itu
|
|
Inti
|
· Guru
membacakan sebuah kasus nyata tentang sebuah perusahaan yang bangkrut
· Guru
menanamkan konsep tentang pentingnya pemilihan sebuah bentuk perusahaan
· Siswa
dibentuk dalam kelompok-kelompok
· Kelompok 1 :
Kel. Perusahaan Perseorangan
· Kelompok 2 :
Kel. Firma
· Kelompok 3 :
Kel. Perseroan Komanditer
· Kelompok 4 :
Kel. PT
·
Masing-masing kelompok mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari bentuk
perusahaan sesuai kelompoknya masing-masing
·
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain
menanggapi
· Guru
bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing bentuk perusahaan
|
||
Penutup
|
· Guru
melakukan post test
|
F. Sumber dan
Media
- rekaman /
gambar kegiatan sebuah perusahaan atau badan usaha
- guntingan
koran sebuah kasus perusahaan/badan usaha yang mengalami kebangkrutan
- profil-profil
perusahaan perseorangan, firma, CV dan PT (diutamakan profil asli sebuah
perusahaan bila kesulitan boleh hasil reka guru)
- buku-buku
referensi yang terkait
G. Penilaian
Penilaian proses
: Penilaian dilakukan terhadap keaktifan dan sumbangan peserta dalam kerja
kelompok.
Penilaian hasil
: diperoleh dari hasil tugas terstruktur dan hasil post test
Soal Post Tes :
1. Apakah
perbedaan Badan Usaha dan Perusahaan ?
2. Sebutkan
bentuk-bentuk perusahaan yang banyak dipakai di Indonesia !
3. Sebutkan 3
ciri Perseroan Terbatas !
4. Sebutkan 2
persamaan dan 2 perbedaan Firma dan CV ?
5. Apakah
kelemahan perusahaan perseorangan !
6. Apakah kelebihan
Perseroan Terbatas !
7. Sebutkan
hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam pemilihan bentuk perusahaan !
8. Jelaskan 2
macam keanggotaan dalam CV !
9. Ditinjau dari
aspek modal : apa perbedaan PT dan Firma !
10. Sebutkan 3
nama perusahaan berbentuk PT yang cukup terkenal di Indonesia !


PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian
belajar menurut teori kognitif adalah perubahan presepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Asumsi teori
ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar
akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Diantara
para pakar teori kognitif, paling tiga ada tiga yang terkenal yaitu Piaget,
Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan
pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseoarng, serta melalui proses
asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mangatakan bahwa
belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau
informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Sementara itu Ausubel mengatakan
bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru.
Dalam
kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk
menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siwa.
DAFTAR
PUSTAKA
Fauziah Nasution, 2011, Psikologi
Umum, Buku Panduan,
Jakarta: Bulan Bintang.
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution,
2011 Teori Belajar dan pembelajaran,Medan: Perdana
Publishing.
Syaiful bahri Djamarah,
2011 Psikologi Belajar,
Jakarta: rineka Cipta.
Paul
Suparno, 2007 Teori perkembangan kognitif,
Jakarta: Kansius.
Muhibbin Syah, 2003 Psikologi
Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Djaali, 2006, psikologi pendidikan, Jakarta: Bumi aksara.
Asri Budiningsih, 2004, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka
cipta.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution,
2011 Teori Belajar dan pembelajaran, Medan: Perdana Publishing.
Suciati dan Irawan, p. 2001 Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas.
[1] Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan
, 2011, hal : 17
[2] Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori
Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal : 32
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2003, hal : 26
[6] Djaali, Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta, 2006, hlm 120.
[7] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka cipta,
Jakarta. 2004, hlm. 50
[8] Nana Syaodih
Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2007, hlm. 75
[9]Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori
Belajar dan pembelajaran, Medan :Perdana Publishing, 2011, hal: 33
[10] Suciati dan Irawan, p.Teori Belajar dan Motivasi, Depdiknas, Jakarta, 2001, hlm.
50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar